Katai merah merupakan salah satu bintang yang paling banyak ditemukan di alam semesta ini. Sayangnya, katai merah terlalu redup untuk dilihat dengan mata telanjang dari bumi.
Cahayanya yang redup membuat bintang jenis ini memiliki masa hidup yang lebih lama dibandingkan matahari. Menurut astronom Michaël Gillon dari Universitas Liège di Belgia tidak ada definisi pasti tentang katai merah.
Katai merah terbentuk seperti bintang deret utama lainnya. Pertama, awan debu dan gas tertarik oleh gravitasi dan mulai berputar.
Materi tersebut kemudian menggumpal di tengahnya, dan ketika mencapai suhu kritis, fusi dimulai. Katai merah termasuk bintang terkecil, dengan berat antara 7,5 persen dan 50 persen massa matahari.
Ukurannya yang mengecil berarti suhu terbakar lebih rendah, hanya mencapai 3.500 derajat Celcius. Sebagai perbandingan, matahari memiliki suhu 5.500 C.
Suhu rendah yang dimiliki katai merah berarti jenis ini jauh lebih redup dibandingkan bintang seperti Matahari. Temperaturnya yang rendah juga berarti bahwa bintang itu membakar pasokan hidrogen dengan lebih cepat.
Sementara bintang lain yang lebih masif hanya membakar hidrogen di intinya sebelum mencapai akhir masa hidupnya. Katai merah mengonsumsi seluruh hidrogennya, di dalam dan di luar intinya.
Hal ini memperpanjang masa hidup katai merah hingga triliunan tahun. Usia ini jauh melampaui masa hidup bintang mirip matahari yang biasanya berumur 10 miliar tahun.
Katai merah seperti EBLM J0555-57AB, mempunyai umur yang lebih panjang dibandingkan jenis bintang lainnya. Namun seperti semua bintang lainnya, katai merah juga pada akhirnya akan kehabisan persediaan bahan bakarnya.
Pada akhir hidupnya, katai merah menjadi katai putih, bintang mati yang tidak lagi mengalami fusi pada intinya. Pada akhirnya, katai putih akan memancarkan seluruh panasnya dan menjadi katai hitam.
Namun tidak seperti matahari, yang akan menjadi katai putih dalam beberapa miliar tahun. Katai merah membutuhkan triliunan tahun untuk membakar bahan bakarnya.
Hal ini jauh lebih panjang dibandingkan usia alam semesta yang kurang dari 14 miliar tahun.
(Tifani)