Dalam perkembangan lainnya pada hari Minggu (11/8), militer Israel memerintahkan ribuan warga Palestina di Khan Younis, Gaza Selatan, untuk pindah ke tempat yang telah ditetapkan sebagai “zona kemanusiaan”.
Perintah relokasi tersebut menyusul serangan udara Israel terhadap sebuah gedung sekolah pada hari Sabtu (10/8), yang menurut kantor berita Anadolu menewaskan setidaknya 100 orang.
Fadl Naeem, kepala Rumah Sakit al-Ahli tempat banyak korban dirawat, mengatakan sekitar 70 korban berhasil diidentifikasi beberapa jam setelah serangan – dengan banyak jenazah lainnya yang rusak parah sehingga sulit diidentifikasi.
Seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim sekolah tersebut berfungsi sebagai fasilitas militer Hamas dan Jihad Islam yang aktif.
Juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan berbagai indikasi intelijen menunjukkan “kemungkinan besar” bahwa komandan Brigade Kamp Pusat Jihad Islam, Ashraf Juda, berada di sekolah al-Taba’een ketika sekolah tersebut diserang. Namun, dia mengatakan belum jelas apakah komandan tersebut tewas dalam serangan itu.
Israel telah berulang kali menuduh tanpa bukti bahwa Hamas menggunakan infrastruktur sipil untuk merencanakan dan melakukan serangan, dan itulah sebabnya mereka menargetkan rumah sakit dan sekolah – lokasi yang dilindungi oleh hukum internasional. Hamas secara konsisten membantah tuduhan tersebut.
Kelompok bersenjata yang dipimpin Hamas disebut menewaskan sekitar 1.200 orang dalam serangan ke Israel pada 7 Oktober, menculik 251 orang lainnya ke Jalur Gaza sebagai sandera. Pada hari yang sama Israel melancarkan serangan balasan ke Jalur Gaza hingga perang saat ini terjadi.
Menurut otoritas kesehatan Jalur Gaza lebih dari 39.790 warga Palestina tewas dibunuh Israel sejak 7 Oktober.