Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan (Menhan), Yoav Gallant, kabarnya berada di ruang bawah tanah Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada dini hari Minggu (25/8) untuk mengawasi serangan udara tersebut, dan kabinet keamanan negara itu akan bertemu pada pukul 7 pagi, karena Israel bersiap menghadapi kemungkinan terjadinya lebih banyak tembakan lintas batas.
“Hizbullah akan segera menembakkan roket, dan mungkin rudal dan UAV [pesawat tanpa awak], ke wilayah Israel,” kata juru bicara IDF, Laksamana Muda Daniel Hagari. “Dari dekat rumah warga sipil Lebanon di Lebanon selatan, kita dapat melihat bahwa Hizbullah sedang bersiap untuk melancarkan serangan besar-besaran ke Israel, sambil membahayakan warga sipil Lebanon.”
“Agresi Hizbullah yang terus berlanjut berisiko menyeret rakyat Lebanon, rakyat Israel, dan seluruh wilayah, ke dalam eskalasi yang lebih luas,” kata Hagari.
Sementara Menhan Gallant berbicara dengan mitranya dari AS, menteri pertahanan Lloyd Austin, untuk memberi tahu dia tentang situasi yang sedang berlangsung. “Menteri Gallant dan Menteri Austin membahas pentingnya menghindari eskalasi regional,” kata kementerian pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan.
Namun, pernyataan itu menambahkan bahwa Gallant telah “menekankan bahwa lembaga pertahanan Israel bertekad untuk membela warga negara Israel dan akan menggunakan semua cara yang dimilikinya untuk menyingkirkan ancaman yang akan segera terjadi”.
Laporan Pentagon mengenai panggilan telepon tersebut mengatakan Menteri Austin telah “menegaskan kembali komitmen kuat Amerika Serikat untuk membela Israel terhadap serangan apa pun oleh Iran dan mitra serta proksi regionalnya”.