Sementara itu, Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan Selasa (29/7/2024) bahwa operasi Israel di dan sekitar kota kedua wilayah itu, Khan Younis, menewaskan sekitar 300 orang sejak dimulai minggu lalu, sementara tentara mengatakan telah “melenyapkan 150 teroris.”
“Sejak dimulainya invasi darat Israel di bagian timur Provinsi Khan Younis, tim pertahanan sipil dan medis telah menemukan sekitar 300 jenazah martir, banyak dari mereka yang sudah membusuk,” kata juru bicara badan itu, Mahmud Bassal, kepada AFP yang dikutip Rabu (30/7).
Militer Israel melancarkan serangan pada 22 Juli untuk menghentikan tembakan roket dari daerah itu, yang telah menyaksikan pertempuran hebat awal tahun ini.
Adapun pada hari Selasa (29/7), militer Israrel mengatakan telah menyelesaikan operasi di wilayah Khan Younis dan telah menewaskan “lebih dari 150 teroris.” Dikatakan pula bahwa pasukan juga “membongkar terowongan teror, fasilitas penyimpanan senjata, dan infrastruktur teroris serta menemukan senjata.”
Laporan The National News mengutip Wafa menyebut bahwa sumber medis mengatakan 42 jenazah ditemukan dari Bani Suhaila, sebuah kota di Khan Younis timur tempat sekitar 90 persen infrastruktur hancur,.
Tim darurat juga menerima laporan sedikitnya 200 orang hilang di daerah tersebut.
Kantor media pemerintah Gaza mengatakan Israel “menghalangi puluhan operasi koordinasi untuk mengambil jenazah korban tewas dan menyelamatkan yang terluka” selama serangan di wilayah timur Khan Younis.
Militer Israel juga dilaporkan menembaki 31 rumah dengan penghuni di dalamnya dan mengebom total 320 rumah dan bangunan tempat tinggal, kata kantor media tersebut.
Di Gaza tengah, sembilan orang tewas dalam serangan udara Israel di kamp Bureij pada hari Selasa (29/7), lapor Wafa. Jenazah tersebut dibawa ke Rumah Sakit Al Awda di kamp Nuseirat, yang juga menjadi sasaran serangan udara minggu ini.
Israel sebelumnya menyerang sebuah gereja Ortodoks Yunani di kota Gaza, Wafa melaporkan.
Foto yang dibagikan oleh Gereja Saint Porphyrius di grup Facebook-nya menunjukkan kerusakan struktural pada bangunan tersebut, termasuk di atap, dan darah di lantai. Satu gambar menunjukkan apa yang tampak seperti peluru artileri yang menghantam lantai tanpa meledak.
“Kami bersyukur kepada Tuhan dan melalui perantaraan Santo Porphyrius semua orang baik-baik saja. Kami mengalami tiga luka sedang. Terima kasih Tuhan untuk semuanya,” tulis gereja tersebut di halaman Facebook-nya.
Direktur Sabeel Ecumenical Liberation Theology Centre di Yerusalem, Omar Haramy, mengatakan bahwa ia tidak dapat berkomunikasi dengan siapa pun di gereja tersebut untuk memastikan tingkat kerusakan.
Gereja Santo Porphyrius, yang diklaim sebagai gereja tertua ketiga di dunia, pertama kali diserang dua minggu setelah perang di Gaza dimulai pada tanggal 7 Oktober, ketika sedikitnya 16 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Sejak saat itu, gereja tersebut telah melindungi ratusan orang yang mencari perlindungan dari penembakan Israel.