GLOBAL- Jakarta – Jika melihat langit malam di belahan Bumi Utara, kamu akan menemukan bintang yang bersinar paling terang. Bintang tersebut adalah polaris atau yang juga dikenal sebagai Bintang Utara.
Polaris berada 430 tahun cahaya dari bumi, tepatnya bagian dari konstelasi Ursa Minor. Melansir laman Space pada Selasa (13/08/2024), Polaris disebut bintang utara karena lokasinya ada di atas Kutub Utara.
Menariknya, Polaris tidak pernah berpindah tempat, tidak pernah terbit dan tidak pernah tenggelam. Bintang ini berada di lokasi yang sama sepanjang malam, dari senja hingga fajar.
Salah satu alasan utama mengapa Polaris tidak pernah tenggelam di langit utara adalah posisinya yang hampir sejajar dengan sumbu rotasi bumi. Kehadirannya ini membuat orang beranggapan bahwa Polaris adalah bintang paling terang di langit.
Padahal sebenarnya, supergiant kuning ini adalah bintang ke-48 yang paling terang. Meski begitu, cahaya yang dipancarkan Polaris sebenarnya 2.500 kali lebih terang dibanding matahari.
Polaris merupakan bintang super raksasa dengan diameter hampir 40 kali lebih besar dibanding matahari, dan massa lima kali lebih berat. Namun karena bintang utara berjarak sangat jauh dengan bumi, paparan cahaya yang sampai ke bumi tak seterang matahari.
Bintang Utara tetap mudah untuk ditemukan bahkan ketika bulan purnama terbit dan mengaburkan banyak cahaya bintang di langit. Dikutip dari Earthsky pada Selasa (13/08/2024), Polaris mudah ditemukan dengan menggunakan kelompok bintang yang disebut Biduk (Big Dipper).
Untuk menemukannya, kamu harus menemukan titik Big Dipper, Dubhe dan Merak. Posisinya yang tidak pernah berubah membuat Polaris digunakan sebagai navigasi selama beradab-abad.
Posisi Polaris di langit juga dapat digunakan untuk mengukur garis lintang suatu lokasi. Semakin tinggi Polaris di langit, semakin dekat lokasi pengamat ke Kutub Utara.
Meskipun Polaris tampak stabil dari perspektif manusia, posisi bintang ini tidak sepenuhnya tetap. Seiring berjalannya waktu, sumbu rotasi bumi mengalami perubahan kecil yang dikenal sebagai presesi.
Hal ini menyebabkan perubahan perlahan dalam posisi Polaris relatif terhadap sumbu rotasi bumi. Namun, perubahan ini sangat lambat, dan Polaris akan tetap menjadi titik referensi utama selama ribuan tahun ke depan.
(Tifani)