OPINI: Pengaruh FOMO Terhadap Perilaku Konsumtif dalam Pandangan Ekonomi Islam



REGIONAL- Jakarta – FOMO (Fear Of Missing Out) adalah rasa takut merasa tertinggal karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Rasa takut dan cemas itu sendiri muncul di dalam diri seseorang karena merasa tertinggal akan sesuatu yang baru, misalnya seperti berita atau tren terkini.

Orang yang mengalami FOMO itu biasanya beranggapan dan berpikir bahwa kehidupan orang lain lebih menyenangkan dibanding hidupnya sendiri. Oleh sebab itu, mereka akan mengkuti tren demi terlihat bahagia dan keren.

Seseorang yang mengalami FOMO memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah karena terus membandingkan hidupnya dengan orang lain dan merasa apa yang telah dilakukan atau dimiliki seakan akan tidak pernah cukup. Dan mereka akan terus-menerus merasa perlu terlibat dalam segala hal agar tidak kehilangan momen atau peluang penting.

FOMO ini memiliki kaitan yang erat dengan sebuah aktivitas konsumsi, baik konsumsi dalam bentuk barang maupun jasa. Dalam ekonomi, fenomena FOMO menyebabkan kecenderungan gaya hidup yang konsumtif, melakukan aktifitas konsumsi secara berlebihan diluar kebutuhan pokoknya.

FOMO ini bisa terjadi pada semua gender dan usia, namun tidak bisa dipungkiri bahwa anak muda merupakan kalangan yang mendominasi terjadinya gaya hidup FOMO ini. Yang dimana usia muda saat ini sedang melek media sosial.

Karena salah satu penyebab terbesar dari FOMO adalah penggunaan media sosial dibarengi dengan berkembangnya bidang periklanan yang mudah dijumpai dimanapun dan di semua media sosial. Media sosial dan periklanan inilah yang memperkuat persepsi seseorang yang menganggap sebuah keharusan dalam gaya hidup dan kepemilikan barang.

Hal ini mendorong seseorang ingin mendapat pengakuan orang lain dengan memperlihatkan gaya hidup glamor dengan membeli atau mengonsumsi barang secara terus menerus.

Apabila kebiasaan gaya hidup konsumtif terus berlanjut akan membuat masalah ekonomi yang serius di masa depan anak muda, apalagi jika tidak diimbangi dengan kebiasaan menabung. Dan dalam pandangan ekonomi Islam, budaya konsumtif bertentangan dengan ajaran agama terkait nilai-nilai kesederhanaan (qana’ah) dan keadilan (‘adl).

Selain itu, dalam menggunakan sumber daya yang ada juga perlu menyikapi dengan bijak dan seimbang. Keseimbangan tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan standar gaya hidup yang Islami

Dimulai dari niat dalam mengawali segala aktifitas dengan tujuan ibadah kepada Allah SWT, menerapkan gaya hidup yang baik dan sesuai syariah, akal sehat, adat istiadat, menerapkan gaya hidup yang halal dan tidak menyebabkan kerusakan atau berbuat tidak adil kepada orang lain.

Dampak FOMO ini dapat sangat merugikan bagi kesejahteraan mental dan emosional. Ketika seseorang terlalu fokus pada apa yang sedang terjadi di kehidupan orang lain, mereka cenderung mengabaikan atau mengesampingkan kebutuhan dan keinginan mereka sendiri.

Hal ini dapat menyebabkan peningkatan tingkat stres, kecemasan, depresi dan bahkan dapat mengganggu kehidupan orang lain. Contohnya selalu ingin tahu kehidupan orang lain dan selalu ingin tahu gosip terbaru. Hal tersebut sudah dapat menganggu kenyamanan dan kententraman orang lain.

Sudah tidak sedikit yang menggosip bahkan mencampuri kehidupan privasi orang lain di sosmed. Dari dampak tersebut sudah terlihat jika FOMO menimbulkan sifat iri dan tidak bersyukur. Mereka selalu membandingkan nasib mereka dengan orang lain, tidak pernah merasa bersyukur dan cukup atas apa yang telah dimilikinya sekarang. Dan perlu diingat bahwa apa yang diperoleh seseorang merupakan bagian dari apa yang telah diusahakan.

Allah juga melarang kita iri hati pada hal-hal yang dilebihkan oleh Allah pada orang lain. Cerita dan segala pencapaian yang diraih orang lain adalah data yang bisa kita gunakan sebagai motivasi, bukan menjadi sebab hilangnya rasa nikmat hal-hal yang kita miliki.

 

Regional