PBB Serukan Ketenangan Pasca Israel dan Hizbullah Saling Serang



Pada Minggu malam, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah memberikan pidato di televisi kepada para pendukungnya. Dia menyatakan respons pertama kelompok yang dipimpinnya untuk pembalasan atas pembunuhan Shukr telah selesai sesuai rencana, namun dia mencatat bahwa dampaknya masih dalam penilaian.

“Jika hasilnya tidak memadai, kami berhak untuk menanggapinya di lain waktu,” ujar Nasrallah.

Sementara itu, tambahnya, rakyat Lebanon “dapat merasa tenang dan melanjutkan hidup mereka karena negara tersebut telah dilanda ketegangan selama sebulan ini”.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari yang sama dalam rapat kabinet menyebutkan bahwa apa yang terjadi hari ini bukanlah akhir dari cerita.

“Kami menyerang Hizbullah dengan pukulan telak yang mengejutkan,” kata Netanyahu. “Tiga minggu lalu, kami melenyapkan kepala stafnya dan hari ini kami menggagalkan rencana serangannya.”

“Nasrallah di Beirut dan (Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali) Khamenei di Teheran perlu tahu bahwa ini adalah langkah tambahan dalam mengubah situasi di utara dan mengembalikan penduduk kami dengan aman ke rumah mereka.”

Sekretaris Jenderal PBB menyerukan de-eskalasi segera dan agar para pihak segera kembali ke penghentian permusuhan.

Dari AS, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan menyatakan harapan bahwa peristiwa hari Minggu tidak akan menyebabkan perang regional yang melibatkannya.

“Kami telah bekerja sepanjang waktu dengan mitra dan sekutu, memindahkan aset militer, terlibat dalam diplomasi intensif baik secara publik maupun pribadi di balik layar untuk menghindari hasil itu,” katanya kepada wartawan saat berkunjung ke Halifax, Kanada.

Para diplomat mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa kedua belah pihak telah bertukar pesan yang mengatakan bahwa tidak ada yang ingin melanjutkan hubungan lebih jauh.

Sullivan juga menyatakn bahwa pejabat AS telah “bekerja keras” dalam pembicaraan di Kairo selama beberapa hari terakhir untuk menengahi kesepakatan gencatan senjata baru dan pembebasan sandera, yang diyakini Gedung Putih sebagai kunci untuk memulihkan ketenangan di perbatasan Israel-Lebanon.

Namun, sejauh ini belum ada tanda-tanda terobosan. Hamas pada hari Minggu menuturkan bahwa perwakilannya telah meninggalkan ibu kota Mesir untuk meninjau hasil perundingan, yang tidak mereka hadiri.

Sumber keamanan Mesir mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa baik Hamas maupun Israel tidak menyetujui beberapa kompromi yang diajukan AS, Qatar, dan Mesir sebagai mediator.