Dokumen tersebut tertanggal 23 Februari, hampir lima bulan sebelum Trump memilih Vance sebagai calon wakil presidennya.
“Dokumen-dokumen ini diperoleh secara ilegal” dan “dimaksudkan untuk mengganggu pemilu AS 2024 dan menimbulkan kekacauan di seluruh proses Demokratik kita,” kata Cheung.
Ia merujuk pada laporan Microsoft yang dikeluarkan pada Jumat, yang menyimpulkan bahwa “peretas Iran membobol akun seorang ‘pejabat tinggi’ pada kampanye presiden AS pada bulan Juni 2024, yang bertepatan dengan waktu dekat pemilihan calon wakil presiden oleh Presiden Trump.”
“Orang Iran tahu bahwa Presiden Trump akan menghentikan teror mereka seperti yang dia lakukan dalam empat tahun pertamanya di Gedung Putih,” kata Cheung.
Menanggapi laporan Microsoft, misi Perserikatan Bangsa-Bangsa Iran membantah memiliki rencana untuk mencampuri atau meluncurkan serangan siber dalam pemilihan presiden AS.