274 Orang Tewas dalam Serangan Israel ke Lebanon



Pasukan Israel tidak pernah menyerbu Lebanon sejak negara itu berperang selama sebulan dengan Hizbullah pada tahun 2006, yang secara luas dianggap sebagai kekalahan strategis bagi Israel. Sejak saat itu, Hizbullah telah tumbuh dalam kekuatan, ukuran, dan pengalaman.

Ketika ditanya tentang kemungkinan invasi darat, juru bicara militer Israel Daniel Hagari menuturkan, “Kami akan melakukan apa pun yang diperlukan”.

Sumber yang dekat dengan Hizbullah mengungkapkan kepada MEE bahwa jelas Israel berusaha untuk memperluas konflik ke tingkat yang paling luas tanpa memprovokasi perang dalam skala tahun 2006.

“Belum jelas apakah Israel ingin memperluas operasi ke Beirut karena mereka tahu bahwa ini akan menjadikan Haifa dan Tel Aviv sebagai target,” ungkap sumber itu.

Hizbullah menanggapi serangan hari Senin dengan menargetkan posisi militer di Israel utara.

Gerakan, yang lahir dari perlawanan terhadap pendudukan Israel di Lebanon selatan tahun 1982-2000, menyebutkan bahwa mereka tidak menginginkan perang skala besar dengan Israel dan berjuang dalam solidaritas dengan warga Palestina yang diserang di Jalur Gaza.

Sumber yang dekat dengan Hizbullah mengatakan kelompok itu akan mempertahankan strateginya untuk menanggapi serangan Israel dengan cara yang sama, dengan menjelaskan bahwa eskalasi mereka akan sesuai dengan tingkat eskalasi Israel.

Namun, dia menggarisbawahi, Hizbullah telah menunjukkan tingkat fleksibilitas. Hizbullah telah lama menyatakan bahwa konfliknya saat ini dengan Israel, yang dimulai ketika perang di Jalur Gaza pecah pada 7 Oktober 2023 akan berakhir ketika Hamas dan pemerintah Israel mencapai gencatan senjata.

Baru-baru ini, Hizbullah menyatakan pihaknya siap untuk menghentikan permusuhan jika serangan di Jalur Gaza berakhir tanpa gencatan senjata jangka panjang yang disepakati.