China Gencarkan Pengaruh Pendidikan ke Asia Tenggara, Apa Tujuannya?



“Secara umum, ambisi universitas-universitas China sejalan dengan perkembangan internasional,” kata Saskia Schäfer dari Institut Studi Asia dan Afrika di Universitas Humboldt Berlin, Jerman.

Ia menyebut bahwa universitas-universitas Inggris dan Australia telah lama mengoperasikan kampus-kampus di Asia Tenggara. Kini universitas-universitas China pun mengikuti jejak mereka.

“Orang-orang dipandu oleh sudut pandang yang sangat pragmatis,” tutur Diederich.

Mereka menghargai pendidikan yang baik dan hanya mencari tempat terbaik dan termurah untuk belajar. Eropa dan Amerika terlalu mahal. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk belajar di China.

Sementara itu, Schafer menyebut bahwa sejak zaman kolonial, orang-orang di Malaysia sejak lahir telah dikategorikan sebagai orang Melayu, Tionghoa, India, atau lainnya. Hal ini kemudian terlihat ketika melamar tempat di universitas.

Ada sistem kuota yang mempermudah orang Malaysia yang terdaftar sebagai orang Melayu untuk mendapatkan akses ke pendidikan di universitas negeri. Oleh karena itu, sulit bagi warga Malaysia yang keturunan Tiongkok dan India untuk mendapatkan tempat di universitas-universitas negeri yang bagus. Karenanya, seperlima warga Malaysia Tionghoa kemudian belajar di universitas swasta.

“Secara keseluruhan, perkembangan ini juga mencerminkan menurunnya minat negara-negara ini terhadap Barat,” kata Schäfer. 

China berkomitmen terhadap kawasan, yang dari sudut pandangnya, di masa depan akan menjadi lebih penting dibandingkan kawasan lain. 20 atau 30 tahun yang lalu, generasi muda Asia kebanyakan pergi ke Amerika Serikat dan Inggris untuk belajar. Namun, karena antara lain semakin rumitnya peraturan visa, banyak orang Asia yang beralih ke wilayah tetangganya untuk melanjutkan pendidikan.

 

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence