Dikutip dari laman Space ada Senin (16/09/2024), para astronom yakin bahwa Mars dulu adalah planet berair, dengan danau, sungai, dan lautan dangkal mirip bumi. Namun, sekitar 2 miliar hingga 3 miliar tahun lalu, air di sana mengering akibat perubahan iklim yang ekstrem.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh hilangnya medan magnet Mars, sehingga membuat angin matahari mengikis sebagian atmosfer Mars dan menyebabkan sebagian besar air membeku atau menguap ke luar angkasa. Endapan garam tertinggal saat air menghilang dari danau Mars.
Di beberapa lokasi, garam yang tersisa adalah satu-satunya bukti bahwa ada air di sana. Saat danau Mars mulai menyusut dan menghilang, air yang tersisa menjadi sangat asin.
Fenomena ini memungkinkan danau di Mars tetap cair meski suhu mencapai minus 40 derajat Celcius. Genangan air asin terakhir ini bisa menjadi surga bagi ekstremofil mikroba yang selamat dari transformasi Mars, menyebabkan sisa-sisa mereka terkumpul di endapan saat air akhirnya mengering.
Jika ini benar terjadi, garam bisa bertindak seperti pengawet, yang berpotensi menjadi bukti bentuk kehidupan yang telah punah dan tersimpan selama miliaran tahun. Penemuan kali ini juga mengisyaratkan bahwa Mars memiliki lebih banyak air daripada yang dibayangkan sebelumnya.
Sebelumnya, para astronom mengumumkan penemuan 15.000 ton es air di puncak gunung berapi tertinggi Mars pada Juni 2024. Pada Agustus 2024, ilmuwan kembali mengungkap adanya lautan tersembunyi yang sangat besar di bawah permukaan Planet Merah.
(Tifani)