Moskow menggambarkan transfer keuntungan dari aset-asetnya yang dibekukan sebagai pencurian.
“Ini tidak lain hanyalah pengambilalihan ilegal – dalam bahasa Rusia, pencurian – atas uang dan aset kami,” kata juru bicara kepresidenan Rusia Dmitry Peskov kepada wartawan melalui panggilan telepon, Kamis (29/8).
G7 juga setuju pada Juni untuk menggunakan aset Rusia yang dibekukan untuk membiayai pinjaman sebesar USD 50 miliar guna memberikan bantuan militer bagi Ukraina, meskipun skema tersebut belum diselesaikan.
Jerman pada bulan ini mengindikasikan bahwa negara itu bermaksud mengakhiri bantuan militer bilateral untuk Ukraina mulai 2026 sebagai upaya menambal defisit anggaran sebesar USD 13 miliar. Berlin mengatakan mekanisme aset G7 dapat membantu menutupi kekurangan tersebut.
Jerman saat ini merupakan donor bilateral terbesar kedua bagi Ukraina, setelah Amerika Serikat (AS). Tindakan untuk mengakhiri dukungan tersebut mendapat kecaman luas, kata analis Liana Fix dari Dewan Hubungan Luar Negeri yang berbasis di AS.
“Sinyal politik yang mereka kirimkan sangat buruk: bahwa donor terbesar di Eropa, Jerman, tiba-tiba menghentikan dukungannya terhadap Ukraina, terutama karena tidak jelas kapan dan bagaimana tepatnya mekanisme G7 mengenai aset-aset Rusia yang dibekukan akan bekerja,” kata Fix.
“Ide instrumen G7 adalah untuk mengkomunikasikan kepada (Presiden Rusia) Vladimir Putin bahwa tidak masuk akal baginya untuk menunggu lebih lama dari negara-negara Barat, bukan? Ini adalah tanda yang kontradiktif saat ini – ketika sumber keuangan lain telah dimanfaatkan, tiba-tiba pendanaan untuk Ukraina dipotong dari anggaran.”