Ia juga menegaskan, dengan dengan pengalamannya selama 50 tahun sebagai budayawan, menyampaikan bahwa ia mendukung revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) sebagai upaya meningkatkan fasilitas untuk komunitas seni.
Namun, ia mengkritisi proses revitalisasi yang menurutnya kurang tepat jika pengelolaannya diserahkan kepada pihak swasta. Rano mengungkapkan keprihatinannya bahwa pihak swasta mungkin tidak memiliki pemahaman mendalam mengenai kebutuhan seniman dan perkembangan dunia seni.
“Tapi yang saya enggak setuju, pengelolaannya dipegang oleh swasta, yang enggak paham bagaimana kesenian itu hidup,” tegasnya.
Selain itu, Rano Karno juga menyoroti tingginya harga sewa fasilitas di Taman Ismail Marzuki (TIM) yang dianggap memberatkan para seniman lokal.
“Sewanya 250 juta, berapa yang harus dijual tiket? sehingga yang nonton barangkali cuma 20-30 orang. Apakah itu yang mencapai? tidak bisa begini”, ujar Rano Karno.
“Tugas negara, tugas pemerintah hadir di dalam sebuah kegiatan”, sambungnya.
Berita Pemilu