Banyak yang berpendapat bahwa tradisi membuat dan membagikan manisan jelang Maulid Nabi berasal dari masa penguasa Fatimiyah pada abad ke-11 Masehi. Pada masa itu, ketika arak-arakan berlangsung, khalifah akan berkeliling di jalan-jalan dan membagikan manisan kepada orang-orang untuk menandai perayaan hari tersebut.
Lantas, mengapa permen ini dibentuk menjadi penunggang kuda dan boneka? Ternyata alasannya juga berasal dari sejarah.
Boneka-boneka tersebut, yang dikenal sebagai Arouset el Mawlid, diyakini berasal dari masa penguasa Fatimiyah, El Hakim Ba’amr Ullah, yang menaiki kuda dan pergi ke kota bersama istrinya.
Istrinya sangat cantik, sehingga menginspirasi orang-orang untuk membuat boneka yang menyerupai dirinya, dan seorang pria di atas kuda dibuat untuk menggambarkan sang pemimpin.
Namun, tidak semua orang percaya bahwa cerita itu adalah asal usul bentuk manisan tersebut.
Ada juga yang percaya bahwa bentuk boneka-boneka itu dibuat ketika para tentara kembali dari perang untuk menikahi orang yang mereka cintai. Permen tersebut diberikan untuk menghormati keberanian mereka. Maka dari itu, banyak juga yang membuat boneka-boneka itu untuk menggambarkan pengantin baru.