GLOBAL- Jakarta – Gerakan “Me Too” adalah sebuah gerakan kesadaran yang berfokus pada isu pelecehan seksual dan kekerasan terhadap perempuan di tempat kerja.
Gerakan ini mulai mendapatkan perhatian luas pada tahun 2017 sebagai respons terhadap laporan berita mengenai pelecehan seksual yang dilakukan oleh produser film Amerika Serikat (AS), Harvey Weinstein.
Meskipun frasa “Me Too” telah ada selama lebih dari satu dekade, sebuah cuitan dari aktris AS Alyssa Milano pada 15 Oktober 2017, memicu fenomena media sosial yang meningkatkan kesadaran, memberi suara kepada para penyintas, dan mendorong perubahan budaya serta kebijakan di tempat kerja.
Meski cuitan Alyssa Milano sering dianggap sebagai titik awal gerakan Me Too modern, frase “me too” sebenarnya diciptakan oleh aktivis komunitas Tarana Burke lebih dari satu dekade sebelumnya melalui organisasi nirlaba Just Be Inc. di Selma, Alabama.
Dilansir Britannica, Selasa (15/10/2024), Tarana Burke, seorang aktivis yang juga merupakan korban pelecehan seksual sejak usia kanak-kanak, menciptakan frase “me too” untuk membantu para korban kekerasan seksual merasa tidak sendirian dalam mengalami hal tersebut.
Melalui Just Be Inc., Burke telah melakukan kerja samanya dengan para korban kekerasan seksual, terutama perempuan warna kulit gelap, untuk memberikan mereka sumber daya dan tempat yang aman untuk berbagi cerita mereka.
Pada 15 Oktober 2017, Alyssa Milano menulis cuitan yang memicu fenomena media sosial dengan tagar #MeToo. Dalam beberapa jam, ribuan orang bereaksi terhadap ajakan Milano. Dalam waktu 24 jam, Facebook melaporkan lebih dari 12 juta reaksi terkait dengan tagar #MeToo.
Pada tahun berikutnya, tagar ini digunakan sebanyak 55.319 kali setiap hari.