Sudan Selatan Pakai Teknologi AI untuk Obati Pasien Digigit Ular Berbisa, Begini Caranya



Gigitan ular kebanyakan terjadi kepada orang-orang miskin yang sulit mendapat akses terhadap bantuan medis. Korban-korban gigitan ular biasanya adalah petani yang bekerja di ladang, penggembala ternak dan pekerja pertanian lainnya, serta anak-anak.

Bencana alam, seperti banjir, dan orang-orang yang terlantar akibat konflik juga semakin meningkatkan kemungkinan pertemuan yang tidak diinginkan antara manusia dan ular.

Melansir dari Geneva Solutions (30/9), Gabriel Alcoba mengatakan, “Ini adalah penyakit orang yang bertelanjang kaki, orang yang terlantar, krisis kemanusiaan dan konflik.”

“Ini adalah penyakit yang terabaikan – oleh pihak berwenang, dunia akademis dan industri farmasi,” tambahnya, menyesalkan kurangnya perhatian internasional terhadap gigitan ular.

David Williams, seorang ahli gigitan ular WHO, mengatakan bahwa masyarakat pedesaan adalah yang paling parah terkena dampak gigitan ular. Menurutnya, mayoritas dari 240.000 orang yang menjadi cacat akibat gigitan ular setiap tahunnya terdorong ke dalam kemiskinan akibat biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan.

Williams mengatakan bahwa kerusakan iklim menyebabkan meningkatnya kekhawatiran tentang gigitan ular, dengan banjir baru-baru ini yang menyebabkan peningkatan insiden di Sudan Selatan, Bangladesh, Nigeria, Pakistan dan Myanmar.

Banyak dari negara-negara tersebut tidak memiliki perawatan yang memadai. Selain itu, kurangnya regulasi telah menyebabkan penjualan antivenom palsu yang telah mengikis kepercayaan di banyak komunitas.